[bws_google_captcha]
FIKIRAN BENGKOK ALIAS MIKIR DENGAN CARA MIRING
By : ABI
Jika ada pemanasan global, maka kita perlu membuat pemanasan otak untuk mengimbanginya…
Sepertinya ada benarnya jika belajar itu memang urusan mental, bukan musiman atau angin-anginan. Tidak heran begitu selesai sekolah bahkan kuliah, maka berhenti semangat untuk belajar!. Lama kelamaan serasa sekolah seperti menjadi penjara kata sebagian orang, sehingga begitu tamat Sekolah, tamat pula belajarnya. Apalagi sudah kerja, liat duit alias cuan, maka koran dan tulisan sedikit panjang menjadi bakal tak tersentuh. Bahkan tulisan yang ada dihadapan kita inipun siap-siap untuk terkena skip alias dilewatin begitu saja.
Jadi ingat obrolan ringan beberapa tahun lalu ketika muncul pandangan terkait Masyarakat di Negara-negara yang lebih maju yang terkesan lebih serius dalam melakukan tugas-tugas mereka, wow!, ternyata tidak sekeren itu kaleee, itu bukan karena psikologi mereka lebih sehat dan lebih berkesadaran dari kita. Melainkan sebabnya lebih karena sistem tempat mereka berada lebih mampu memberikan “efek jera” kepada warganya. Mahasiswa atau siswa yang kurang prestasinya misalnya, tidak akan mendapatkan surat rekomendasi yang baik dari dosen atau pengajarnya sehingga ia akan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan atau untuk melanjutkan studi mereka kejenjang yang lebih tinggi. Karyawan yang kurang perform akan mudah diturunkan jabatannya atau dipecat. Bila sudah dipecat, ia tidak akan mudah mendapatkan pekerjaan baru apalagi masuk ke sekolah atau perguruan tinggi favorit yang diinginkan. Jadi, ketidaksungguhan memiliki ongkos yang mahal. Untuk menghindari hal ini, setiap orang harus berjuang untuk berhasil, tentu dengan penuh ketegangan dan stress. Rekreasi atau hiburan atau minum-minum adalah kebutuhan mereka untuk mengurangi ketegangan, sekalipun efeknya hanya untuk sementara. Fenomena kegilaan atau bahkan bunuh diri menjadi semakin umum karena tidak setiap orang bisa berhasil mengatasi tuntutan tugas kesehariannya, apalagi untuk berhasil keluar menjadi pemenang.
Bagaimana dengan fakta persekolahan hari ini?, ternyata juga hampir sebagian besar menyikapi tugas-tugas dengan terpaksa. Dengan berbagai variasi alasan, entah takut, terancam atau bahkan senyuman dengan penghargaan palsu. Keterpaksaan dalam melakukan tugas adalah gangguan dari penyakit yang sama sebagaimana contoh Negara maju di atas. Jangan sampai dengan adanya proyek pendidikan, lalu berbondong2 mengejar kategori dengan predikat tertentu hanya karena sebuah image dan klaim bahwa saya sudah belajar dan menjadi seorang yang hebat (sepertinya penting bagi kita untuk memeriksa kembali motifnya).
Catatan penting ; Pernyataan diri hebat adalah simtom yang sama bahwa hal tersebut adalah indikasi yang sebaliknya (Resultante “Nol” dari klaim). Mengapa demikian? Karena belajar (hebat) yang lahir bukan karena dihidupkan dalam diri, melainkan digerakkan oleh iklan dan promosi. Apakah hal itu sehat? Pikirkan kembali. Karena jika kita tidak hati-hati, tidak menutup kemungkinan hal tersebut akan kembali seperti mental aslinya. Salam sehat dan bahagia di bumi Tuhan yang indah ini.